Menyelamatkan Waduk Bengkah
Bengkah.com - Sahabat pembaca setia media informasi bengkah.com, pada aritikel kali ini mimin akan menampilkan sebuah artikel yang mimin temukan.
artikel ini ditulis pada bulan november tahun 2019 di sebuah b seseorang bernama Farih Lidinnillah mahasiswa UIN Semarang pada saat itu, mungkin sekarang sudah jadi orang hebat ya?
pada arikel tersebut menyadur dari suramerdeka , namun link sudah dihapus, mungkin karena sudah terlalu lama.
Berikut tulisan beliau dengan judul : Menyelamatkan Waduk Bengkah
Berikut tulisan beliau dengan judul : Menyelamatkan Waduk Bengkah
DI Demak bagian selatan, ada dua buah waduk yang luput dari perhatian pemerintah kabupaten (pemkab) setempat. Keduanya tepat berada di barat daya Dusun Bengkah, Desa Wonosekar, Kecamatan Karangawen. Waduk Bengkah Wetan dan Waduk Bengkah Kulon, begitu mayarakat sekitar mengenalnya.
Nama Bengkah diambil dari letak kedua waduk tersebut yang berada di Dusun Bengkah, sedangkan kata “Wetan” dan “Kulon” karena letak keduanya bersebelahan di timur (wetan) dan barat (kulon). Dari fakta itu muncul panggilan Waduk Bengkah Wetan dan Waduk Bengkah Kulon.
Dulu, kedua waduk, terutama Bengkah Kulon, pernah mengalami kejayaan. Pesonanya mampu menarik minat masyarakat di daerah sekitar untuk mengunjunginya. Pernah saya bertemu seorang yang berasal dari Kecamatan Kedungjati, Grobogan, di Semarang. Kala berkenalan dan ngobrol, ia sempat menanyakan kabar waduk tersebut.
Pasalnya, dulu semasa di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), ia sering main ke Waduk Bengkah dengan bersepeda onthel bersama teman-temannya. Asyik, begitu komentarnya mengenang masa itu.
Benar, ketika masih duduk di sekolah dasar (SD), saya juga sering diajak guru kelas untuk main ke kedua waduk itu. Tidak hanya indah, tapi pepohonan dan hutan yang terletak di antara kedua waduk juga terasa segar dan alami. Jadi, selain bermanfaat bagi pengairan sawah petani sekitar, waduk tersebut juga menjadi tempat refreshing.
Nama Bengkah diambil dari letak kedua waduk tersebut yang berada di Dusun Bengkah, sedangkan kata “Wetan” dan “Kulon” karena letak keduanya bersebelahan di timur (wetan) dan barat (kulon). Dari fakta itu muncul panggilan Waduk Bengkah Wetan dan Waduk Bengkah Kulon.
Dulu, kedua waduk, terutama Bengkah Kulon, pernah mengalami kejayaan. Pesonanya mampu menarik minat masyarakat di daerah sekitar untuk mengunjunginya. Pernah saya bertemu seorang yang berasal dari Kecamatan Kedungjati, Grobogan, di Semarang. Kala berkenalan dan ngobrol, ia sempat menanyakan kabar waduk tersebut.
Pasalnya, dulu semasa di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), ia sering main ke Waduk Bengkah dengan bersepeda onthel bersama teman-temannya. Asyik, begitu komentarnya mengenang masa itu.
Benar, ketika masih duduk di sekolah dasar (SD), saya juga sering diajak guru kelas untuk main ke kedua waduk itu. Tidak hanya indah, tapi pepohonan dan hutan yang terletak di antara kedua waduk juga terasa segar dan alami. Jadi, selain bermanfaat bagi pengairan sawah petani sekitar, waduk tersebut juga menjadi tempat refreshing.
Tanpa Perawatan
Sekarang, kedua waduk itu tidak banyak dikenal masyarakat. Pasalnya, sejak 1998 keberadaannya tanpa disentuh perawatan. Keduanya menjadi tiada fungsi sebagaimana waduk pada umumnya. Parahnya lagi, ada pihak yang tak bertanggung jawab dengan memanfaatkannya sebagai lahan pertanian. padi dan palawija.
Padahal, ketika browsing di situs wikimapia.org, saya menemukannya di jejak maya. Sungguh disayangkan, ketika dalam kenyataannya sudah tidak bisa dikunjungi, malah jejaknya terlihat di internet.
Sebenarnya, persoalan mayarakat sekitar, yakni kekurangan air (untuk pengairan sawah) seperti yang terjadi di musim kemarau sekarang, bisa ditanggulangi oleh berfungsinya waduk. Atau, ketika musim penghujan tiba, waduk tidak lagi bisa menampung air hujan, sehingga tanaman sawah rusak karena genangan air.
Sebelum terlambat, masalah tersebut sebenarnya bisa diminimalisasi dengan kembali memfungsikan kedua waduk. Fungsi Waduk Bengkah sebagai sumber mata air perlu dikembalikan, juga sebagai wisata alam. Perlu kepedulian dari Pemkab Demak dan kerja sama dengan warga untuk mewujudkannya.
Haus masyarakat akan wisata alam perlu direspons oleh pemkab setempat untuk lebih mengenalkan Demak bagian selatan. Manajemen yang jelas diperlukan demi kelangsungan perawatan waduk. Penduduk dusun setempat juga harus dilibatkan dalam pengelolaan. Tidak seperti dulu, tidak ada kejelasan pengelolaan yang berakibat kepada miskinnya fasilitas, bahkan tidak berfungsinya waduk seperti sekarang.
Waduk Bengkah punya potensi besar. Fungsinya tidak melulu sebagai sarana irigasi untuk mengatur keseimbangan alam. Berbagai aktivitas menyenangkan bisa dilakukan di sekitarnya dengan pengadaan berbagai fasilitas, yakni menjadikannya sebagai tempat wisata.
Sekarang, wisata alam merupakan tempat refreshing menarik yang diminati masyarakat. Juga out bond sebagai model pembelajaran alam yang kian semarak di berbagai lembaga pendidikan, akan bisa menjaring pengunjung dari kalangan tersendiri.
Oleh karena itu, rekonstruksi atas waduk sebagai sarana irigasi dan tempat wisata serta pendidikan alam perlu dilakukan. Berenangan, memancing, berperahu dayung, dan bermacam permainan modern yang menarik, bisa ditawarkan di Bengkah.
Selain itu, suasana perbukitan berikut dengan rindangnya pepohonan dan riak air, sekarang, menjadi suasana alami yang sulit ditemukan. Penyediaan sarana perkemahan dan penyediaan berbagai sarana permainan edukasi, juga perlu disediakan dan ditata sedemikian rupa.
Akhirnya, masa lalu lancarnya irigasi bagi petani sekitar dan bersepeda onthel menuju ke kedua waduk itu, kemudian berenang, memancing, dan bermain di alam bebas sekitar yang sebelumnya pernah dijalankan oleh masyarakat, kembali terulang. Bahkan lebih dari itu, Demak akan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Bukankah demikian, Bapak Bupati? (68)
– Farih Lidinnillah, warga Desa Wonosekar, mahasiwa IAIN Walisongo Semarang dan aktif di Lekas (Lembaga Kajian Agama dan Sosial) Semarang
Semoga waduk bengkah memang masih bisa diselamtkan, agar pesonanya menawan (lagi), sehingga bisa menjadi primadona destinasi wisata di jawa tengah, demak khususnya.
Padahal, ketika browsing di situs wikimapia.org, saya menemukannya di jejak maya. Sungguh disayangkan, ketika dalam kenyataannya sudah tidak bisa dikunjungi, malah jejaknya terlihat di internet.
Sebenarnya, persoalan mayarakat sekitar, yakni kekurangan air (untuk pengairan sawah) seperti yang terjadi di musim kemarau sekarang, bisa ditanggulangi oleh berfungsinya waduk. Atau, ketika musim penghujan tiba, waduk tidak lagi bisa menampung air hujan, sehingga tanaman sawah rusak karena genangan air.
Sebelum terlambat, masalah tersebut sebenarnya bisa diminimalisasi dengan kembali memfungsikan kedua waduk. Fungsi Waduk Bengkah sebagai sumber mata air perlu dikembalikan, juga sebagai wisata alam. Perlu kepedulian dari Pemkab Demak dan kerja sama dengan warga untuk mewujudkannya.
Haus masyarakat akan wisata alam perlu direspons oleh pemkab setempat untuk lebih mengenalkan Demak bagian selatan. Manajemen yang jelas diperlukan demi kelangsungan perawatan waduk. Penduduk dusun setempat juga harus dilibatkan dalam pengelolaan. Tidak seperti dulu, tidak ada kejelasan pengelolaan yang berakibat kepada miskinnya fasilitas, bahkan tidak berfungsinya waduk seperti sekarang.
Wisata Alam
Kedua waduk tersebut bisa menjadi sarana untuk mengenalkan Demak lebih jauh. Pasalnya, ketiga wisata (Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga dan Pantai Morosari) berada di Demak bagian utara. Sementara itu bagian selatan belum ada.Waduk Bengkah punya potensi besar. Fungsinya tidak melulu sebagai sarana irigasi untuk mengatur keseimbangan alam. Berbagai aktivitas menyenangkan bisa dilakukan di sekitarnya dengan pengadaan berbagai fasilitas, yakni menjadikannya sebagai tempat wisata.
Sekarang, wisata alam merupakan tempat refreshing menarik yang diminati masyarakat. Juga out bond sebagai model pembelajaran alam yang kian semarak di berbagai lembaga pendidikan, akan bisa menjaring pengunjung dari kalangan tersendiri.
Oleh karena itu, rekonstruksi atas waduk sebagai sarana irigasi dan tempat wisata serta pendidikan alam perlu dilakukan. Berenangan, memancing, berperahu dayung, dan bermacam permainan modern yang menarik, bisa ditawarkan di Bengkah.
Selain itu, suasana perbukitan berikut dengan rindangnya pepohonan dan riak air, sekarang, menjadi suasana alami yang sulit ditemukan. Penyediaan sarana perkemahan dan penyediaan berbagai sarana permainan edukasi, juga perlu disediakan dan ditata sedemikian rupa.
Akhirnya, masa lalu lancarnya irigasi bagi petani sekitar dan bersepeda onthel menuju ke kedua waduk itu, kemudian berenang, memancing, dan bermain di alam bebas sekitar yang sebelumnya pernah dijalankan oleh masyarakat, kembali terulang. Bahkan lebih dari itu, Demak akan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Bukankah demikian, Bapak Bupati? (68)
– Farih Lidinnillah, warga Desa Wonosekar, mahasiwa IAIN Walisongo Semarang dan aktif di Lekas (Lembaga Kajian Agama dan Sosial) Semarang
Semoga waduk bengkah memang masih bisa diselamtkan, agar pesonanya menawan (lagi), sehingga bisa menjadi primadona destinasi wisata di jawa tengah, demak khususnya.
dan itulah harapan kami pemuda bengkah yang hanya mendengar cerita cerita indah itu.
BBC - (Blogger Bengkah Community)
BBC - (Blogger Bengkah Community)
0 Response to " Menyelamatkan Waduk Bengkah "
Post a Comment