Membaca Burdah adalah bentuk Mahabbah kita kepada baginda Nabi Muhammad SAW
Bengkah.com - ketika kita membicarakan masalah kebiasaan / budaya tentu banyak sekali kebudayaan di dukuh bengkah yang di tinggalkan oleh nenek moyang kita, baik itu budaya dalam bermasyarakat ataupun dalam melestarikan kebdayaan dalam keagamaan.
Salah satu kebiasaan dukuh bengkah yang tidak pernah luntur sampai saat ini adalah membaca burdah secara berjamaah, yang biasanya dilaksanakan di Masjid serta Musholla selepas sholat magrib pada malam jum'at dan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Burdah (Bahasa Arab: قصيدة البردة) merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.. Syair tsb diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah tersebut sering dilantunkan terutama oleh kaum Nahdliyin.
Qashidah Burdah memang selalu didengungkan oleh para pecintanya setiap saat. Di berbagai negeri Islam, baik di negerinegeri Arab maupun ‘ajam (non-Arab), ada majelis-majelis khusus untuk pembacaan Burdah dan penjelasan bait-baitnya. Tak henti-hentinya muslimin di seluruh penjuru dunia menjadikannya sebagai luapan kerinduan pada Nabi. Burdah bukan sekadar karya. Ia dibaca karena keindahan kata-katanya. Dr. De Sacy, seorang ahli bahasa Arab di Universitas Sorbonne, Prancis, memujinya sebagai karya puisi terbaik sepanjang masa.
Di Hadhramaut dan banyak daerah Yaman lainnya diadakan pembacaan qashidah Burdah setiap subuh hari Jum’at atau ashar hari Selasa. Sedangkan para ulama Al-Azhar di kota Mesir banyak yang mengkhususkan hari Kamis untuk pembacaan Burdah dan mengadakan kajian. Sampai kini masih diadakan pembacaan Burdah di masjid-masjid besar di kota Mesir, seperti Masjid Imam Al-Husain, Masjid As-Sayyidah Zainab. Di negeri Syam (Syiria) majelis-majelis qashidah Burdah juga digelar di rumah-rumah dan di masjid-masjid, dan dihadiri para ulama besar. Di Maroko pun biasa diadakan majelis-majelis besar untuk pembacaan qashidah Burdah dengan lagu-lagu yang merdu dan indah yang setiap pasal dibawakan dengan lagu khusus.
Burdah tak hanya indah kata-katanya, tapi doadoanya juga memberi manfaat pada jiwa. Karena itu tak mengherankan jika banyak ulama memberikan catatan khusus tentang Burdah, baik dalam bentuk syarah (komentar) maupun hasyiyah (catatan kaki atau catatan pinggir). Sangat banyak karya syarah atas Burdah yang tak diketahui lagi siapa pengarangnya.
Qashidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya sajak sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Hingga kini Burdah masih sering dibacakan di berbagai pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi. Banyak pula yang menghafalnya. Karya itu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia.
Pengarang qashidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M). Nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri. Selain menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qashidah lain. Di antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashidah Al-Hamziyah.
Menurut Abah(H.AbdurRahman),"Alhm. Guru di Sekumpul Pernah Berkata Bahwasanya Apabila Dikampung Itu Ada Yang Membaca Burdah Cukup Seminggu Sekali,Maka 1 Kampung Terpelihara Dari Kebakaran dan Musibah Lainnya.
Dan Apabila Didalam Rumah Kita Istiqomah Membaca Burdah Cukup Seminggu Sekali,Insya Allah Rumah Itu Dipeliharakan Allah dan Orang Yang Ada Didalamnya Diberikan Hati Yang Tenang.
Apabila Ada Anak Kecil Didalam Rumah Itu Kalau Kita Istiqomahkan Baca Burdah Cukup Seminggu Sekali,Maka Anak Itu Cepat Pintar dan Diberikan Dzurriyat Yang Sholeh dan Sholehah.
Apabila Kita Membaca Burdah,Sediakan Air Dan Airnya Kita Minum,Maka Airnya Itu Obat Segala Penyakit.
Membaca Burdahnya Dengan Berjama'ah Atau Hal Keadaannya Sendirian.
Sebelum Membaca Burdah,Baca Tawasshul Kepada Para Auliya Allah Wabil Khusus Kepada ShohibuL Burdah Yaitu Abi Abdillah Imam Bushiriy."
Memuji Nabi Muhammad bukanlah menganggap dia sebagai Tuhan.. Menyanjung Rasulullah adalah mengakui Muhammad SAW sebagai manusia pilihan. “Kami tidak mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali (sebagai) rahmat bagi alam semesta (wa ma arsalnaka illa rahmatan lil’alamin).” Itu firman Allah. Sumber ajaran memuji dan mencintai Nabi tak lain adalah Islam itu sendiri. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Didiklah anak-anakmu dalam tiga tahap. Mencintai Nabi, keluarganya, dan membaca Al-Quran.”
Untuk mencintai kekasih, apalagi dia itu adalah kekasih Tuhan, Al-Quran mengajarkan dan menganjurkan kepada umat Islam, sebagaimana tertera dalam Kitabullah, “Sungguh Allah dan para malaikat bershalawat atas Nabi. Hai orang beriman, bershalawatlah atasnya dan berilah salam kepadanya dengan sehormat-hormatnya salam.” (QS 33: 56).
Shalawat, jika datangnya dari Allah kepada nabi-Nya, bermakna rahmat dan keridhaan. Jika dari para malaikat, berarti permohonan ampun. Dan bila dari umatnya, bermakna sanjungan dan pengharapan, agar rahmat dan keridhaan Tuhan dikekalkan.
Dalam surah yang lain Allah memuji hamba-Nya yang satu ini dengan, “Sungguh engkau (hai Nabi) benar-benar dalam budi dan perangai yang tinggi.” Allah tak pernah memanggil namanya langsung, seperti “hai Muhammad”, melainkan “hai Nabi”, “hai Rasul”, “hai pria yang berselimut”. Di samping itu bukankah Baginda sendiri yang menganjurkan kita untuk menghaturkan sanjungan (madah) terhadap diri dia? Seorang nabi yang telah digambarkan oleh Al-Quran sebagai “pencurah rahmat bagi seluruh alam semesta”. Seperti diharapka dia dalam banyak hadits agar kaumnya banyak menyebut namanya.
“Sebutlah selalu namaku, sungguh shalawatmu itu sampai kepadaku,” sabdanya. Bahkan dianjurkan agar umat Islam banyak-banyak menyebut namanya di malam Jum’at. Seperti dalam riwayat lain, sungguh menyebut nama Muhammad SAW akan dijawab (dengan pahala) berlipat-lipat…..subhanallah….
Mudah - mudahan Kita Semua Diampuni Oleh Allah Dzohir Bathin Seumur Hidup,Qobul Segala Hajat,Selamat Dunia Akhirat,Husnul Khotimah.
BBC ( Blogger Bengkah Community )
0 Response to "Membaca Burdah adalah bentuk Mahabbah kita kepada baginda Nabi Muhammad SAW"
Post a Comment